Halaqoh Pesantren dan Penguatan Kelembagaan
Banjarmasin, 14 November 2025 – Pondok Pesantren Darul Hijrah Cindai Alus Martapura menghadiri undangan resmi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai salah satu peserta dalam kegiatan Halaqoh Pesantren dalam rangka Penguatan Kelembagaan Pendidikan Direktorat Jenderal Pesantren. Selain itu, kehadiran empat utusan Pondok Darul Hijrah Cindai Alus menunjukkan komitmen pesantren dalam mendukung program pemerintah di bidang penguatan kelembagaan.
Dalam kegiatan tersebut, Pimpinan Pondok Darul Hijrah mengutus beberapa orang pengurus untuk berpartisipasi. Adapun perwakilan yang hadir adalah atas Ust. H. Ahmad Maidi (Ketua Yayasan), Ust. Basuki Rahman, S.Pd. Al Hafizh (Wakil Pengasuh PTQ Darul Hijrah 3), Ust. Muhammad Bahroini, S.Pd.I., M.Pd. (Sekretaris Umum Pondok Darul Hijrah), serta Ust. Assalam, S.H., S.Pd., M.H. (Kepala Bagian Transportasi).
Meskipun undangan hanya diberikan kepada 32 unsur pesantren, Pondok Darul Hijrah termasuk salah satu yang terpilih, sehingga menunjukkan adanya pengakuan terhadap kiprah serta kontribusi pesantren dalam bidang pendidikan. Selain itu, undangan tersebut melibatkan tiga unsur penting, yaitu pejabat negara dari tingkat pusat maupun daerah, civitas akademika UIN Antasari Banjarmasin, dan unsur pesantren sebagai peserta utama.
Pembukaan Kegiatan
Kegiatan dimulai tepat pukul 08.30 WITA dan dibuka oleh Agus Mughni Muttaqin, yang menjabat sebagai Kasubdit Pesantren Salafiyah dan Pengkajian Kitab Kuning. Selain itu, beliau mewakili Dirjen Pendis dan Direktur Pesantren, dalam membuka acara halaqoh pesantren secara formal.
Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa jumlah pondok pesantren di Indonesia mengalami peningkatan signifikan, sehingga menegaskan perkembangan ekosistem pendidikan Islam secara nasional. Bahkan, dalam waktu lima tahun terakhir peningkatannya mencapai lebih dari 100 persen atau sekitar 42 ribu pesantren. Lebih jauh lagi, beliau menjelaskan bahwa jika Direktorat Jenderal Pesantren berdiri secara mandiri, maka jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah.
Beliau juga menegaskan bahwa halaqah ini dilaksanakan di 14 titik lokasi UIN se-Indonesia. UIN Antasari menjadi salah satu lokasi terpilih, sehingga kegiatan ini memiliki kedudukan strategis di wilayah Kalimantan khususnya di Kalimantan Selatan.
Pandangan Akademisi
Selanjutnya, Rektor UIN Antasari Banjarmasin, Prof. Dr. Hj. Nida Mufidah, M.Pd., memberikan sambutan resmi yang menegaskan komitmen negara dalam pemberdayaan pesantren. Beliau menyampaikan bahwa pembentukan Direktorat Jenderal Pesantren merupakan langkah strategis pemerintah dalam memberikan ruang yang lebih besar bagi penguatan pendidikan keislaman.
Selain itu, beliau menegaskan bahwa pesantren merupakan benteng moral bangsa yang selama ini melahirkan generasi berakhlak mulia. Beliau juga menambahkan bahwa sebagian besar mahasiswa UIN Antasari merupakan alumni pesantren, sehingga hubungan pesantren dengan perguruan tinggi sangat erat dan saling menguatkan.
Dalam kesempatan tersebut, beliau juga menyampaikan ikatan personalnya dengan dunia pesantren, karena keluarganya memiliki pengalaman panjang sebagai alumni lembaga-lembaga pesantren, termasuk Pondok Darul Hijrah.
Kegiatan digelar di Gedung Auditorium Mastur Jahri UIN Antasari, sehingga suasana akademik dan formal dapat dirasakan secara menyeluruh.
Halaqoh Pesantren dan Pemaparan Narasumber
Pada sesi berikutnya, halaqah menghadirkan dua narasumber utama, yaitu K.H. M. Wildan Salman (Pimpinan Madrasah Darussalam Tahfidz dan Ilmu Al-Qur’an Martapura) dan Prof. Dr. Mujiburrahman, M.A., yang hadir menggantikan K.H. Mukhlis Kaspul Anwar, Lc., M.M. karena beliau masih dalam masa perawatan.
Dalam paparannya, K.H. Wildan Salman menegaskan bahwa pesantren adalah lembaga utama dalam mempelajari kitab kuning yang menjadi dasar pemahaman ajaran Islam. Selain itu, beliau menekankan bahwa pentingnya dalam mempelajari kitab kuning dengan sanad keilmuan yang jelas.
Sementara itu, Prof. Mujiburrahman menjelaskan bahwa ciri khas pesantren adalah pembentukan karakter dan akhlak. Beliau menambahkan bahwa tradisi keilmuan pesantren justru banyak diterapkan di Barat karena mereka menghargai sanad keilmuan sebagai otoritas keilmuan yang sah.
Selain itu, beliau juga menegaskan bahwa pesantren mengajarkan kesederhanaan sebagai fondasi pembentukan kepribadian santri. (Mr.B)