Kembali ke Fitrah: Makna Sejati Idul Fitri dan Kebersihan Hati
Menemukan Makna Kesucian dan Kembali ke Fitrah di Hari Raya
Martapura, 31 Maret 2025 – Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1446 H yang dilaksanakan di Masjid Nurul Anshar Pondok Darul Hijrah Cindai Alus. pada Khutbah ini Ust. Ahmad Fauzi Halim, S.Ag. dalam khutbanhanya beliau menyerukan agar kita semua kembali kepada Fitrah. Kembali ke Fitrah adalah konsep yang erat kaitannya dengan Idul Fitri. Setelah satu bulan penuh menjalankan ibadah di bulan Ramadan, umat Islam diingatkan untuk kembali ke keadaan yang suci, bersih, dan penuh ketakwaan. Ini bukan sekadar perayaan, tetapi juga refleksi mendalam untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Dalam Islam, fitrah mengacu pada keadaan manusia saat pertama kali diciptakan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ
“Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah.” (HR. Muslim)
Hal ini menunjukkan bahwa manusia secara alami memiliki kecenderungan untuk mencari kebaikan dan mengenal Allah SWT. Oleh karena itu, Idul Fitri menjadi momen untuk menghidupkan kembali kesadaran spiritual dan membersihkan diri dari dosa.
BACA JUGA:
Meningkatkan Ketakwaan
Fitrah juga bermakna menghidupkan kembali sinyal ketakwaan dalam diri. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Puasa Ramadan adalah latihan intensif untuk meningkatkan ketakwaan. Setelahnya, diharapkan seseorang mampu menjadi pribadi yang lebih baik dalam hubungan dengan Allah (habluminallah) dan sesama manusia (habluminannas). Oleh karena itu, Idul Fitri bukan hanya tentang kemenangan, tetapi juga tentang transformasi diri dan kembali ke fitrah yang sejati.
Idul Fitri sebagai Momentum Evaluasi Diri dan Kembali ke Kesucian
Perayaan Idul Fitri sering kali dikaitkan dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Namun, lebih dari itu, Idul Fitri adalah momen evaluasi diri. Apakah kita telah benar-benar mencapai peningkatan kualitas ibadah dan memperbaiki hubungan sosial?
Selain itu, Idul Fitri juga mengajarkan sikap saling memaafkan. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak halal bagi seorang Muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR. Bukhari & Muslim)
Hal ini mengajarkan bahwa Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk membersihkan hati, melepaskan dendam, dan menjalin lagi hubungan yang harmonis sebagai bagian dari kembali ke fitrah.
Cara Mengamalkan Makna Kesucian dan Kembali ke Fitrah dalam Kehidupan
- Meningkatkan Ibadah: Jangan biarkan semangat Ramadan hilang setelah Idul Fitri. Tetaplah menjaga salat, membaca Al-Qur’an, dan berbuat kebaikan.
- Menjaga Silaturahmi: Memaafkan dan menjalin kembali hubungan yang sempat renggang adalah langkah nyata menuju kesucian hati.
- Menerapkan Kesederhanaan: Idul Fitri bukan ajang untuk berfoya-foya, tetapi untuk bersyukur dan berbagi dengan sesama.
- Menjadi Pribadi yang Lebih Baik: Tingkatkan kesabaran, kejujuran, dan kepedulian terhadap orang lain sebagai bentuk kembali kepada fitrah.
Kesimpulan
Idul Fitri adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, memperkuat iman, dan memperbaiki hubungan dengan sesama. Maknanya tidak sekadar kembali ke kebiasaan makan di siang hari, tetapi lebih kepada pemurnian hati, peningkatan ketakwaan, dan kembali ke fitrah manusia yang sejati. Dengan memahami makna sejati hari raya ini, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan penuh berkah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilhamd.







من العائدين و الفائزين و المقبولين كل عام و انتم بخير