Bahasa adalah kunci untuk membuka jendela dunia. Mempelajari dan menguasai bahasa asing tidak hanya membuat seseorang mampu berkomunikasi, namun juga memahami budaya, ilmu, dan peradaban bangsa lain. Di Pondok Darul Hijrah Martapura, penguasaan bahasa asing (bahasa Arab dan bahasa Inggris) menjadi salah satu ciri khas pendidikan. Maka, tidak heran jika banyak kiai, ustadz, maupun santri yang berhasil menaklukan berbagai bahasa sebagai bekal dakwah dan masa depan yang cerah.
Keteladanan Kiai dalam Menguasai Bahasa
Kiai H. Abdul Qodir pernah bercerita bagaimana beliau awalnya membenci pelajaran bahasa Inggris. Namun, saat terpilih menjadi bagian keamanan pondok pada tahun 1995, beliau suka tidak suka untuk menggunakan dua bahasa: Arab dan Inggris. Dari sinilah, beliau mulai menghafalkan kosakata, hingga pada akhirnya saat kelas 6 terpillih menjadi teacher language untuk santri baru. Pengalamannya membuktikan bahwa kunci utama menguasai bahasa adalah konsistensi menghafal kosakata dan berani mempraktikkannya dalam keseharian.
“Learn language is important. I hope you learn language, even English, Arabic, Germany, or all languages. Please! If we hate, we can’t master the language.” – Ujar Kiai H. Abdul Qodir saat bercerita dengan mahasiswa PAI-KKI UINSI Samarinda yang sedang melakukan KKN-PKL di Pondok Darul Hijrah Martapura. Selain itu, beliau juga berpesan: untuk mempelajari bahasa, maka hapalkan banyak kosakata. Apabila bisa menyusun kalimat, tapi tidak tahu kosakata, maka akan kesulitan merangkai kalimat. In the first, kita harus cinta dulu dengan bahasa dikarenakan dengan cinta, maka semua akan terasa mudah dan menyenangkan.
Almas dan Raihan, Dua Santri Semangat Mempelajari Bahasa Jepang
Kini, estafet semangat itu diteruskan oleh para santri. Muhammad Almas Ihtafa dan Muhammad Raihan Putra merupakan santri kelas 5 TMI (Tarbiyatul Muallimin Islamiyah), keduanya selain mempelajari bahasa Arab dan Inggris, mereka juga mempelajari baahasa Jepang. Almas termotivasi oleh peluang beasiswa dan impian melanjutkan kuliah di Jepang sedangkan Rehan terinspirasi oleh budaya Jepang yang terkenal bersih serta kemajuan teknologinya.
Perjalanan mereka tentu tidak mudah. Huruf, angka, dan struktur b4hasa Jepang membuat mereka sempat bingung di awal. Namun dengan tekad, mereka belajar menggunakan buku Minna no Nihonggo dan menerapkan strategi masing-masing: Almas dengan catatan visualnya, Rehan dengan metode mendengar dan mengulang. Setiap hari mereka menargetkan hafalan 15-30 kosakata.
Tantangan terbesar bagi mereka bukanlah sulitnya mempelajari huruf Jepang, tetapi adalah melawan rasa malas agar tetap konsisten. Meski kadang mendapat beragam tanggapan dari teman-teman, Almas dan Rehan tidak gentar. Justru mereka semakin percaya diri ketika mampu menjelaskan arti tulisan Jepang kepada orang lain.
Bahasa sebagai Bekal Dakwah dan Peradaban
Kisah kiai dan santri di atas mengajarkan bahwa b4hasa bukan sekedar alat komunikasi, tetapi juga kunci untuk meraih mimpi, memperluas wawasan, dan menguatkan dakwah Islam. Santri Pondok Darul Hijrah Martapura dituntut untuk tidak hanya menjadi ahli agama, tetapi juga memiliki kompetensi global. Sebagaimana pepatah Arab, “Pelajari bahasa suatu kaum, maka kamu akan aman dari tipu daya mereka”. Maka, menguasai bahasaa asing adalah ikhtiar agar santri mampu menghadapi tantangan zaman sekaligus menjadi insan yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan dunia.
Penulis : Muhammad Rizky
(Mahasiswa UINSI Samarinda Kelas Khusus Internasional (KKI) PAI)
Baca Juga
Scout Competition 2025 : Pondok Darul Hijrah Borong Hadiah
Ramah Tamah Pimpinan Pondok Darul Hijrah dan Insan Madani: Menjalin Silaturrahim yang Menghidupkan Sunnah
Silaturahmi Bersama & Pelantikan IKPDH KalTeng
HALTE ANGKUTAN UMUM – Sinergi Dishub Banjar dan Darul Hijrah
Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-80 di Pondok Darul Hijrah



