Pondok pesantren bukan sekadar tempat belajar kitab dan menghafal ayat-ayat suci, melainkan sebuah ruang pembentukan karakter yang menyeluruh. Di Pondok Darul Hijrah, berbagai kegiatan rutin menjadi sarana pembinaan jiwa, akal, dan keterampilan santri. Dua di antaranya ialah kuliah umum kepondokan, dan mengajar tahsin dimana dua hal ini memiliki nilai strategis dalam mencetak generasi berakhlak, berilmu, dan bermanfaat.
Kuliah Umum Kepondokan: Menanamkan Wawasan dan Spirit Perjuangan
Kuliah umum menjadi ajang transfer wawasan dari para Pimpinan Pondok. Topik-topik seputar kepondokan, peran santri di masyarakat, hingga tantangan dakwah di era modern, mengajak santri untuk berpikir kritis sekaligus menjaga akar tradisi. Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga” (H.R Muslim, no. 2699)
Hadist ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu adalah ibadah mulia yang berdampak jauh ke kehidupan akhirat. Kuliah umum di pondok adalah bagian dari jalan panjang pencarian ilmu tersebut.
Lima Jiwa Pondok Pesantren sebagai Pilar Kehidupan
Panca jiwa yang harus dimiliki oleh santri yakni, jiwa keihklasan, jiwa kesederhanaan, jiwa kemandirian, jiwa ukhuwah Islamiyah, dan jiwa kebebasan. Lima jiwa pondok pesantren—keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiyah, dan kebebasan—adalah pilar-pilar nilai yang relevan dan dapat diadaptasi secara luas untuk membangun masyarakat yang lebih baik. Nilai keikhlasan dan kesederhanaan menjadi fondasi moral dan etika. Keikhlasan memotivasi individu untuk berbuat baik tanpa mengharapkan pujian atau imbalan, sehingga setiap tindakan sosial didasari oleh ketulusan yang murni dan membangun kepercayaan di antara sesama. Sementara itu, kesederhanaan mengajarkan masyarakat untuk hidup secukupnya, menanggalkan gaya hidup boros, dan fokus pada hal-hal yang esensial. Dengan mengadopsi kesederhanaan, masyarakat dapat mengurangi ketimpangan ekonomi dan memupuk kesadaran kolektif terhadap keberlanjutan.
Membangun Masyarakat Tangguh melalui Nilai Pesantren
Selain menjadi fondasi etika, jiwa-jiwa ini juga menjadi katalisator bagi kemajuan sosial. Kemandirian mendorong setiap individu untuk proaktif dan tidak bergantung pada pihak lain, melahirkan inisiatif-inisiatif kreatif dan kewirausahaan di tingkat komunitas. Jiwa ukhuwah Islamiyah menjadi perekat yang mengikat masyarakat dalam persaudaraan yang kuat, mempromosikan toleransi dan kerja sama untuk menyelesaikan masalah bersama, terlepas dari perbedaan latar belakang. Terakhir, nilai kebebasan, “Kebebasan seseorang itu terbatasi oleh kebebasan orang lain” Maka penafsiran makna dari ‘Jiwa Bebas’ haruslah mengenai hal-hal yang positif. Mengikuti disiplin, norma, dan tata kelakuan di tempat orang tersebut berpijak. Tidak menjadi orang yang terlalu bebas sehingga kehilangan arah, tujuan hidup, atau prinsip. Dengan menginternalisasi kelima jiwa ini, masyarakat dapat bertransformasi menjadi komunitas yang tangguh, harmonis, dan produktif.
Baca Juga
Scout Competition 2025 : Pondok Darul Hijrah Borong Hadiah
Ramah Tamah Pimpinan Pondok Darul Hijrah dan Insan Madani: Menjalin Silaturrahim yang Menghidupkan Sunnah
Silaturahmi Bersama & Pelantikan IKPDH KalTeng
HALTE ANGKUTAN UMUM – Sinergi Dishub Banjar dan Darul Hijrah
Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-80 di Pondok Darul Hijrah
Penulis : Muhammad Dava Habiebie (Mahasiswa UINSI Samarinda Kelas Khusus Internasional (KKI) PAI)
Foto lebih banyak dengan resolusi terbaik silahkan klik Unduh