Pembagian Mufradat dan Suasana Pagi Santri
Martapura, 10 Juli 2025 – Suasana pagi di Pondok Darul Hijrah tampak berbeda. Setelah menyelesaikan salat Subuh, para santri baru memulai kegiatan seperti biasa. Namun, pagi ini terasa lebih hangat karena disertai kegiatan pembagian mufradat yang sangat bermakna.
Setiap hari, bagian Penggerak Bahasa secara rutin membagikan kosakata baru kepada santri. Tapi hari ini, momen tersebut menjadi lebih istimewa. Kosakata diberikan langsung oleh Pimpinan Pondok, KH. Abdul Qodir, S.H.I. Hadirnya beliau menambah semangat dan rasa haru di kalangan santri baru yang masih dalam masa awal pembinaan.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa pembelajaran bahasa di pondok bukan hanya urusan teknis. Melainkan juga bagian dari pembinaan akhlak dan kedekatan antara pimpinan dan santri.
Baca Juga
Pembagian Mufradat Sebagai Simbol Kepedulian
Pembagian mufradat kali ini tidak hanya bermakna akademik. Lebih dari itu, kegiatan ini mencerminkan kepedulian nyata dari seorang pimpinan terhadap perkembangan intelektual santrinya. Dalam momen ini, Kyai memberikan tiga kosakata baru yang harus dihafal dan dipahami oleh seluruh santri.
Namun, tidak berhenti sampai di situ. Kyai juga menyampaikan pesan motivasi yang kuat dan menggugah semangat. Beliau berkata, “Belajar di usia muda bagaikan melukis di atas batu. Belajar di usia tua bagaikan melukis di atas air. Namun, tidak ada kata terlambat untuk belajar.” Pesan ini memberikan penguatan moral bahwa belajar adalah perjuangan yang terus berjalan, kapan pun dan di usia berapa pun.
Dengan gaya penyampaian yang lembut namun bermakna dalam, Kyai menunjukkan bahwa ilmu tidak hanya diajarkan lewat teori, tapi juga melalui keteladanan.
Mufradat dan Semangat Belajar Santri
Melalui pembagian mufradat yang dilakukan secara langsung, terlihat betapa pentingnya peran bahasa dalam dunia pesantren. Bahasa Arab maupun bahasa inggris, sebagai bahasa utama dalam kegiatan ilmiah dan ibadah, menjadi gerbang awal untuk memahami ajaran Islam lebih dalam.
Santri pun diajak untuk menjadikan penguasaan bahasa sebagai bentuk ibadah. Pagi itu, terlihat pancaran antusiasme dari wajah-wajah santri baru yang mendapatkan perhatian khusus dari Kyai mereka.
Semangat yang ditanamkan melalui momen kecil seperti ini akan membawa pengaruh besar dalam proses belajar para santri ke depan. Bahasa bukan sekadar hafalan, melainkan alat untuk mengakses ilmu, menjalin komunikasi, dan memahami nilai-nilai kehidupan Islami.
Dengan demikian, pembagian mufradat ini bukan hanya rutinitas. Tapi juga bentuk pendekatan ruhiyah, intelektual, dan emosional antara Kyai dan para santri yang terus tumbuh dalam nuansa penuh kasih dan keberkahan.
Foto dengan resolusi terbaik silahkan klik Unduh
View this post on Instagram